Senin, 21 Oktober 2013

Dikerangkeng, Ngaku Sogok Satpol PP Rp 1 Juta Tak Mempan

Pengalaman razia Satpol PP juga sempat membuat kocar-kacir Sisca (bukan nama sebenarnya) dan kawan-kawannya. Jumat pagi pekan lalu, ibu dua anak yang tinggal di wilayah Taman Puring, Kebayoran, ini sedang ngejoki di Jalan Pattimura, Jakarta Selatan.


“Saya langsung kabur, tapi waktu itu ada banyak yang ditangkap, ada delapan orang,” kata Sisca kepada detikcom, Senin (26/8) malam lalu. 


Pelaksana Harian (Plh) Kepala Satpol PP Jakarta Pusat Amrin menyangkal keras tudingan joki yang menyogok aparatnya. Menurut Amrin joki tersebut membalikkan fakta. “Bohong itu,” tegas dia kepada detikcom, Kamis (29/8).


Amrin mengingatkan para joki kadang-kadang bikin isu yang tidak benar. “Mereka pada pintar ngarang,” ujarnya. Amrin memastikan jika ada anggotanya yang menerima sogokan dari joki pasti akan kena sanksi. “Itu haram betul. Enggak boleh itu, namanya penyuapan, dua-duanya bisa kena hukum,” kata dia. 


Wakil Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Polisi Sambodo Purnomo mengakui keberadaan joki jadi menumpulkan efektifitas peraturan. “Sedikit banyak jadi memperlemah sistem 3 in 1 sendiri, karena itu kan sebenarnya dibuat untuk mengurangi jumlah kendaraan yang melewati jalur tersebut. Tapi penanganan 3 in 1 itu enggak bisa polisi sendirian karena ini masalah sosial, jadi yang menangani adalah Pemda,” kata dia kepada detikcom, Kamis (29/8). 


Sementara itu pengamat transportasi Sekjen Institut Studi Transportasi (Instran) Achmad Izzul Waro mengatakan pada awalnya peraturan tentang 3 in 1 terbilang efektif, namun sayangnya tidak berlangsung lama. 


Salah satu penyebab ketidakefektifan 3 in 1, kata Achmad, adalah penerapan yang tidak tegas dari pihak yang berwenang dalam hal ini kepolisian. “Banyak peraturan di bidang lalu lintas dibuat tapi pada faktanya dibiarkan dilanggar, terjadi pembiaran pelanggaran sehingga masyarakat terbiasa melanggar,” ujar dia kepada detikcom, Kamis (29/8).


Sumber : news.detik.com/read/2013/08/29/161749/2344392/10/2/dikerangkeng-ngaku-sogok-satpol-pp-rp-1-juta-tak-mempan

Senin, 14 Oktober 2013

'Bullying' Mengganggu Masa Depan

Anak yang sering menjadi korban 'bully' atau gangguan fisik dan mental dari orang sekitar, akan menghadapi berbagai masalah kesehatan dan persoalan pribadi di masa depan. Studi baru menemukan hasil merugikan dari bully antara lain, penyakit serius, sulit bertahan dalam pekerjaan, dan hubungan sosial yang buruk.

Dalam jurnal Psychological Science, pertengahan Agustus lalu, bullying tak hanya mengganggu kesehatan, tetapi juga dapat menimbulkan masalah kesejahteraan dan sosial. Penelitian pun dilakukan meliputi korban bullying, pelaku bullying, dan korban sekaligus pelaku.

"Kita tidak bisa mengabaikan intimidasi yang membahayakan dan tak terelakkan sebab akan menjadi bagian dari pertumbuhan hingga dewasa. Kita perlu mengubah pola pikir dan mengakui bahwa bullying adalah masalah serius bagi individu bahkan negara secara keseluruhan. Bullying memiliki efek jangka panjang dan signifikan," kata Dieter Wolke, profesor dari University Medical Center.

Korban bully mengalami risiko kesehatan terburuk ketika mereka dewasa. Enam kali lebih mungkin terdiagnosa penyakit serius, perokok berat, dan beresiko gangguan jiwa. Mereka adalah kelompok paling rentan karena emosi mereka tidak teratur, tidak ada dukungan untuk mengatasinya.

Wolke mengatakan, "Kasus bullying dapat menyebar bila tidak diatasi. Aturan memang tersedia di sekolah, tetapi harus ada alat baru untuk membantu tenaga profesional kesehatan untuk mengidentifikasi, memantau, dan mengurus efek buruk dari bullying."

Hasilnya, resiko terburuk dialami oleh para korban bullying. Namun, baik korban, pelaku, dan korban sekaligus pelaku, semuanya memiliki resiko dua kali lebih tinggi mengalami kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan dan sulit menabung. Dengan demikian, cenderung untuk mengalami kemiskinan di masa dewasa.Mereka juga akan kesulitan membentuk hubungan sosial baik untuk menikah maupun mempertahankan persahabatan jangka panjang.

sumber: http://forum.kompas.com/love-talk/294937-bullying-mengganggu-masa-depan.html

Senin, 07 Oktober 2013

Bahaya Balapan Liar

Balapan liar kini terjadi di banyak tempat. Sangat mudah menyaksikan balapan liar terutama di malam hari. Sejumlah kendaraan bermotor biasanya mengadakan balapan liar dan aksi kebut-kebutan di jalan raya tanpa mengindahkan keselamatan dirinya dan para pengguna jalan lainnya.

Fenomena Balapan Liar

Peserta balapan liar umumnya adalah pengendara sepeda motor. Mereka berkumpul di suatu jalan yang sudah dipilih sebelumnya. Pertimbangan dalam memilih tempat balapan liar didasarkan oleh banyak faktor. Yang jelas, lebih sepi jalan tentu akan lebih menyenangkan bagi para pembalap liar ini untuk beraksi. Itulah sebabnya mereka lebih suka melakukan balapan liar menjelang tengah malam. Yang tak kalah penting adalah, jalan haruslah jauh dari kantor polisi.
Balapan liar kadang terjadi seminggu sekali, biasanya pada malam minggu. Saat beraksi, para “pembalap” dadakan itu pun berubah menjadi raja jalanan. Menekan gas sedalam-dalamnya dan melakukan berbagai aksi untuk bisa memenangkan balapan liar.
Mereka tidak akan peduli jika di depan ada pengendara lain. Tujuan utamanya adalah memenangkan balapan liar yang digelar saat itu. Mereka bahkan mengabaikan keselamatan orang lain dan keselamatan diri sendiri. Motor digeber hingga batas maksimal dengan kecepatan yang gila-gilaan. Tujuan utamanya hanya satu: berlomba mencapai garis finis di depan.
Balapan liar ini tidak jarang merenggut korban. Entah si pembalapnya sendiri atau pun pemakai jalan lainnya. Anehnya, kegiatan balapan liar ini tetap berlangsung. Bahkan para penonton kadang jauh lebih bersemangat menyemangati jagoannya ketimbang saat menyaksikan balapan resmi di televisi. Apakah mungkin karena hal ini dilakukan sembunyi-sembunyi sehingga memicu adrenalin?
Balapan liar menjadi semacam cara para pelakunya untuk menyalurkan hasrat untuk beraksi di jalanan. Ada yang mengakui terus-terang kalau dia tadinya bercita-cita menjadi pembalap. Akan tetapi, ketiadaan dana dijadikan 'kambing hitam' penyebab kegagalannya meraih cita-cita tersebut. Impian untuk menjadi penerus Valentino Rossi pun harus dikubur dalam-dalam.
Para pembalap ini memang betul-betul bernyali besar. Mereka tidak memikirkan bahwa membalap dengan berbagai pengaman sekalipun tidak pernah benar-benar aman. Selalu terjadi kesalahan yang memakan korban jiwa. Sayangnya, hal itu tidak menjadi bahan pertimbangan sama sekali.
Para peserta balapan liar ini nyaris tidak ada yang memakai helm. Padahal helm akan sangat dibutuhkan untuk menjaga keselamatan kepala jika terjadi benturan. Belum lagi ditambah dengan suara knalpot yang luar biasa kencang dan memekakkan telinga.
Para pembalap ini sama sekali tidak takut akan kehilangan nyawa. Mereka melaju dengan kecepatan tinggi. Mereka mempunyai tujuan yang sama, ingin menjadi pemenang balapan liar.
Para penonton yang menyemangati pun tidak mau kalah. Mereka memberi semangat dengan tepuk tangan atau teriakan. Penonton tak hanya didominasi oleh kaum laki-laki saja. banyak remaja perempuan yang berteriak tak kalah kencang dari teman-teman lelakinya.
Acara balapan liar seperti ini biasanya disemarakkan dengan taruhan uang. Nilainya bermacam-macam, mulai dari ratusan ribu hingga jutaan. Juga ada gengsi yang dipertaruhkan di sana. Semakin berbahaya aksi yang ditempuh, semakin tinggi pula taruhannya. Dan tentu saja menaikkan gengsi sang pembalap.
Ada pembalap yang memang menjadikan acara ini sebagai salah satu cara mencari nafkah. Mungkin dianggap lebih mudah mendapat sejumlah uang dengan cara memenangkan balapan. Makanya, balapan liar anti dengan helm dan lampu sign. Semua yang berbau pelengkap keamanan dijauhkan dari para peserta balap. Seolah-olah memakai piranti keamanan akan menurunkan harga diri mereka. Dan itu terjadi di mana-mana. Balapan dengan helm malah sepertinya tidak menarik.
Tak cuma itu, balapan liar pun kadang dilengkapi dengan suguhan adegan akrobatik para pembalap yang sangat mendebarkan. Kita yang menonton pun bisa lupa menarik napas saking ngerinya. Sepertinya, semakin bahaya aksi yang digelar, semakin kencang pula sorak-sorai para penonton di pinggir jalan.
Fenomena balapan liar tidak hanya milik pemuda-pemuda kota besar saja. Sekarang, di pelosok-pelosok tanah air pun balapan seperti itu banyak dilaksanakan. Dengan alasan mencari hiburan atau melakukan hobi, kebut-kebutan di jalan raya pun dijadikan pilihan.
Tak hanya peserta yang terus bertambah, penonton pun sama. Mereka begitu antusias melihat pembalap jagoannya beraksi menantang maut. Mungkin sama sekali tidak memikirkan kerasnya aspal yang siap menyambut jika mereka terjatuh dari motornya yang melaju kencang.
Meski berisiko dan sangat berbahaya, balapan liar tidak pernah surut. Malah jumlahnya kian meningkat saja. Padahal aksi semacam ini merugikan banyak orang, tak sekadar pembalap itu sendiri, warga sekitar pun merasa terganggu dengan aksi seperti ini. Namun mereka tidak peduli.
Selain mempertaruhkan uang, gengsi, dan harga diri, para pembalap ini juga mempertaruhkan kehormatan komunitas yang mereka ikuti. Umumnya memang anak-anak muda ini tergabung dalam komunitas motor atau bengkel tertentu. Jika bisa memenangkan sebuah balapan liar, otomatis mereka juga akan mengangkat komunitas motornya sehingga lebih terkenal. Dampaknya, para penonton yang menyaksikan pun bisa tertarik untuk bergabung di komunitas tersebut.
Hal senada juga baerlaku bagi bengkel tertentu, di mana pemenang balapan liar itu menjadi anggota komunitasnya. Biasanya, kemenangan pembalapnya juga membuat nama bengkel ikut terangkat. Imbasnya pun cukup positif, menambah pelanggan. Karena promosi model begini ternyata dianggap cukup ampuh.

Balapan Liar Meresahkan Warga

Balapan liar ini mengganggu masyarakat tempat dilaksanakan aksi menantang maut ini. Yang jelas, warga pun menjadi enggan dan cemas jika harus ke luar rumah saat terjadi balapan liar. Takut menjadi korban atau malah menyebabkan kecelakaan. Para pembalap ini seolah mempunyai nyawa berlapis-lapis, sama sekali tidak pernah merasa gentar akan celaka.
Saat memacu motornya, mereka dengan seenaknya melaju di jalanan tanpa mempedulikan orang lain. Pejalan kaki atau pengendara lain tidak dipedulikan. Mereka akan menyalip tanpa kenal takut sehingga pengguna jalan sering justru harus menghindar dan akhirnya celaka. Belum lagi suara knalpot yang memekakkan telinga. Dan sorak-sorai serta teriakan penonton di tengah malam. Bukankah semuanya sangat mengganggu ketenteraman orang yang ingin berangkat tidur?
Tingkah para pelaku balapan liar ini memang meresahkan. Tak hanya bagi warga sekitar, namun juga bagi pihak berwajib. Karena memang aksi para “pembalap” ini dianggap sudah merugikan banyak pengguna jalan lainnya. Jadi, tidak heran kalau masyarakat akhirnya mendesak pihak kepolisian untuk mengambil tindakan tegas seputar masalah ini. Kadang warga terpaksa turun ke jalan beramai-ramai untuk mengusir para pembalap jalanan ini.
Polisi sudah berupaya membubarkan balapan liar dan menangkap para pembalapnya. Namun sepertinya hal ini belumlah cukup. Balapan liar masih terus terjadi secara rutin. Makin lama malah makin berani saja. Belakangan ini, balapan tak hanya digelar di jalan-jalan sepi. Kini, para pembalap nekat itu justru melakukan aksinya di jalan utama di Jakarta! Mereka memulai balapan di bawah jembatan kereta Gambir hingga memutar di depan Istana Negara.

Kesimpulannya jangan lah berbuat yang neko-neko seperti balapan liar karena sangat berbahaya. Dan seharusnya para orang tua juga harus memberikan perhatian lebih kepada anaknya yang sering mlengikuti balapan liar.

Sumber: http://www.anneahira.com/balapan-liar.html