Salah satu penyampaian
komunikasi adalah berita, baik itu dari media elektronik, ataupun dari media
massa. Penyampaian berita yang dsampaikan sering sekali terjadi kesalahan dalam
berpikir, sehingga dapat mengakibatkan kesalahan dalam penalaran/nalar bagi
penerima berita.
Kekurangcermatan
seseorang atau jurnalis dalam melihat hubungan logis antara satu fakta dengan
fakta lain dalam konteks hubungan sebab-akibat, dan kekurangcermatan itu
kemudian dituangkan dalam teks berita, bisa menyesatkan “logika” pembaca atau
pemirsa. Ketika pembaca atau pemirsa menganggap teks yang dihasilkan jurnalis
itu sebagai sebuah kebenaran, maka kesesatan logika pun jadi dianggap benar.
Fakta berupa
pernyataan yang mengandung salah nalar atau sesat logika memang bisa saja
berasal dari narasumber. Bisa saja narasumber sengaja untuk kepentingan
tertentu, atau tak sengaja karena sebab tertentu. Namun, bukan berarti jurnalis
bisa begitu saja meloloskannya menjadi fakta dalam teks berita. Bahkan,
pada tahap awal, jurnalis seharusnya langsung mempersoalkan pernyataan
yang salah nalar itu kepada narasumber.
Sebagai contoh pernyataan salah nalar
muncul di dua media cetak, Kedaulatan Rakyat (24/3/09, hal 24)
dan Koran Tempo (25/3/09, hal B3) :
Ø Pada Kedaulatan Rakyat, salah nalar
muncul di alinea ke-5 berita berjudul Golput Rugikan Proses Demokrasi.
Berita ini memuat pernyataan dua pimpinan partai politik tentang golput pada
saat keduanya kampanye, yaitu Yusril Ihza Mahendra (Ketua Majelis Syuro Partai
Kebangkitan Bangsa) dan MS Kaban (Ketua Umum Partai Bulan Bintang).
Alinea ke-5 berita tersebut, yang hanya
terdiri atas tiga kalimat (dua kalimat tak langsung dan satu kalimat langsung
berupa kutipan), memuat pernyataan MS Kaban tentang golput. Alinea selanjutnya
berisi topik lain yaitu tentang panwaslu.
Alinea ke-5 ditulis demikian:
Hal senada diungkapkan Ketua Umum PBB,
MS Kaban. Menurut Kaban, golput merupakan tindakan orang yang tidak
bertanggungjawab. “Sebab kita saat ini sedang mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI),” ujarnya.
Ø Pada Koran Tempo salah nalar
muncul pada berita tentang kelangkaan pupuk. Persoalan salah nalar mulai
di judul hingga di tubuh berita. Judul berita suratkabar ini
demikian: Pupuk Langka karena Petani Belum Ikut Kelompok Tani.
Pada lead (memimpin), salah
nalar di judul dipertegas.
Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jawa
Tengah Aris Budiono menyatakan kelangkaan atau kesulitan petani dalam
memperoleh pupuk pada musim tanam kedua tahun ini disebabkan masih banyak
petani yang belum masuk kelompok tani.
Dengan kemajuan zaman
era globalisasi kita dituntut untuk lebih cermat dan selalu efisien dalam
menghadapi tantangan suatu problematika kehidupan, kecermatan salah satunya
dapat kita peroleh pada komunikasi yang baik.
Untuk itu dalam berkomunikasi kita
hendaklah menggunakan kata-kata atau kalimat yang mudah di mengerti oleh orang
lain, sehingga tidak mengalami kesalahan nalar dalam berkomunikasi.
Saran
Komunikasi yang baik haruslah didukung
dengan kecermatan dalam mengolah kata-kata atau kalimat, dengan menggunakan
Bahasa Indonesia yang baik dan benar maka kesalahan dalam penyampaian informasi
atau berita dapat terminimalisasikan kesalahan nalar bagi pembaca atau penerima
berita.
sumber : http://adlanfadhillah.blogspot.co.id/2013/11/definisi-salah-nalar.html