Rabu, 25 Mei 2016

Tanah Ambles Ibu Kota



Kotak besi seukuran sangkar burung itu nyaris hancur. Bagian atas kotak itu terdesak ke atas lantaran dihantam batangan besi berdiameter 15 sentimeter. Angka 1990 yang tertulis pada batangan besi bertemu dengan angka 43 sentimeter pada penggaris besi yang diletakkan di sampingnya.­
Kotak dan batangan besi tersebut merupakan alat pengukur air bawah tanah atau disebut sebagai ekstensometer depth well. Dipasang di Balai Konservasi Air Tanah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral di Jakarta Utara sejak 1990, alat itu malah bisa dipakai untuk mengukur penurunan tanah. Rupanya, batangan besi yang ditanam hingga 300 meter itu berada di tanah yang ambles 43 sentimeter dalam rentang waktu 26 tahun.
Penurunan tanah atau land subsidence, sudah terjadi sejak lama. Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melansir, penurunan tanah di Jakarta mencapai 7 sentimeter per tahun. Jan Sopaheluwakan, ahli geoteknologi LIPI menyebutkan, angka penurunan itu merupakan gambaran rata-rata dari penurunan tanah yang terjadi selama ini.
Temuan ini dibenarkan Kelompok Keahlian (KK) Geodesi Fakultas Geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB). Hasanuddin Z Abidin, peneliti sekaligus Dekan Fakultas Geodesi ITB menerangkan, penurunan tanah di Jakarta terjadi secara merata. Bahkan, Hasanuddin menyebut wilayah utara Jakarta merupakan daerah yang paling banyak mengalami penurunan tanah.
Peta penurunan permukaan tanah DKI Jakarta selama 90 tahun berdasarkan pengukuran Kelompok Keilmuan Geodesi Institut Teknologi Bandung.
Hasanuddin bersama Heri Andreas dan tim KK Geodesi ITB sudah melakukan studi penurunan tanah di Jakarta sejak 1997. Temuannya menunjukkan, wilayah Jakarta Utara bagian barat, yakni Pantai Indah Kapuk, Pluit, dan Muara Baru merupakan daerah yang mengalami penurunan tanah paling signifikan.
Besaran percepatan penurunan tanah diakui sejumlah ahli tak bisa digeneralisasi. Kondisi penurunan tanah berbeda pada setiap wilayah yang tersebar di DKI Jakarta. Kecepatan penurunan tanah pun terjadi berbeda-beda. Tak sama di setiap tempat.
Meski melakukan riset berbeda, Jan dan Hasanuddin mengidentifikasi empat faktor penyebab penurunan tanah. Faktor tersebut adalah eksploitasi air tanah berlebihan, pembangunan gedung-gedung tinggi, pemampatan tanah karena gempa, dan konsolidasi sedimen tanah.
Tapi rupanya, Ibu Kota tak hanya menghadapi penurunan tanah sebagai ancaman buat penduduknya. Di sisi lain, permukaan air laut juga naik seiring mencairnya es di Greenland dan Antartika. Beberapa tahun terakhir, sejumlah ilmuwan di belahan dunia dikejutkan dengan fenomena kenaikan air laut yang dianggap paling cepat dalam 3.000 tahun terakhir.
Penurunan permukaan tanah Jakarta berbarengan dengan kenaikan permukaan laut.  
World Economics Forum melansir, kenaikan air laut ini diprediksi bertambah 90 hingga 120 sentimeter hingga tahun 2100. Sejak 1992 hingga 2012, wilayah Antartika kehilangan 1.320 gigaton es dan Greenland kehilangan 2.940 gigaton es. Es tersebut mencair dan menyebar ke laut sehingga menimbulkan kenaikan air laut. Kenaikan ini diprediksi bisa membuat sejumlah kota di belahan dunia tenggelam, tak terkecuali Jakarta.
Dua kondisi ini membuat Jakarta harus berbenah. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sadar, mereka harus segera membuat langkah. Penyusutan air tanah yang membikin tanah menurun harus segera diatasi. Di sisi lain, ketinggian air laut yang mengancam daratan Ibu Kota, harus dicarikan solusi.
Salah seorang warga Kampung Akuarium di Penjaringan, Jakarta Utara. Warga kampung ini hidup bersisian dengan air laut yang terus bergerak naik.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI Jakarta Tuti Kusumastuti memahami, solusi mesti cepat dicari supaya wilayah utara di Jakarta tak tinggal cerita. Selain mulai memberlakukan pengetatan penggunaan air tanah, Jakarta kini sedang mencanangkan pembangunan tanggul laut yang kini terintegrasi dalam program National Capital Integrated Coastal Development (NCICD).
Sumber :
http://megapolitan.kompas.com/read/2010/09/27/13354877/Permukaan.Laut.Naik..Jakarta.Makin.Turun